Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Kita Sulit Bersyukur ?


Kisah yg semoga menginspirasi. Tentang level syukur yg perlu kita takar dan ukur. Kisah yg terjadi tidak jauh dari tempat tinggal kita. So, ini bukan cerita melankolis dari amerika, Hongkong atau india. Tapi, dari daerah yg kita semua inshaAllah mengenalnya, yaitu Buduran. Kisah ini dimulai bbrp jam lalu, yaitu saat abis tarawih dari masjid Baitul mukminin. Tidak spt biasanya, tiba2 saya ingin jalan2 ke depan puri. Itung2 lihat situasi yg konon mulai sepi. Nyatanya tidak juga.


Gerai MacD dan Superindo di Perumahan Puri Surya Jaya Gedangan Sidoarjo tetep ramai. Bahkan sangat ramai org belanja. Mungkin persiapan Lebaran jadi ambil kesempatan borong. Okelah yg belanja pasti yg punya duit. Aku hanya melintas dan berfikir sesaat tentang hal itu.

Aku pun terus melaju ke depan puri. Kupilih satu warkop dan kupesan satu gelas kopi. Memang rasanya gak afdol. Saut menyaut suara org baca Quran terdengar dari speaker masjid mushola. Aku malah ngopi...he..he aneh..! Warkop yg aku tongkrongin adl warkop pinggir rel depan puri yg punya spanduk bertuliskan "buka setiap hari kecuali hari kiamat"...he..he ada-ada saja..

Setelah tuntas, aku berniat pulang. Setelah bayar Rp.3.000 utk segela kopi aku menghampiri motor. Saat menatap jalan ke arah utara, aku melihat becak dgn hiasan lampu warna-warni sedang berhenti. Penasaran, akupun menghampiri. Sok akrab aku tanya gmn bapak becak tsb kok bisa menghiasi becaknya dgn lampu warna-warni.

Dia ceritakan kalau lampu tsb dipasang sendiri dgn aki motor sebagai sumber arusnya. Memakai kaos lengan panjang warna biru, dipadu celana hitam dan sepatu boot (sepatu proyek). Beliau mengenakan topi. Bapak yg mengenalkan nama diri "bambang" tsb terlihat "etes", lincah dan bersemangat. Termasuk dlm menjawab pertanyaan demi pertanyaan saya. Rasa penasaran saya menguat saat pak bambang bercerita kalau dia biasa mengayuh becak Buduran-surabaya PP setiap hari.

Mendengar penuturan ini, naluri wartawanku muncul. (Maksudnya wartawan majalah bobo..he..he). Aku bertanya lebih dari satu kali, "bapak bener tiap hari ngayuh becak buduran-surabaya?" Dia jawab "leres mas..!" Jawaban tegas dan jelas menyusul penuturan beliau bahwa hal itu sdh dilakoni 15 tahun sampai sekarang.

Pria kelahiran Gandusari Blitar tersebut mengaku kalau merantau ke Surabaya sejak tahun 1972. Semula bekerja sebagai buruh pabrik, sebelum akhirnya mbecak. Sehari- hari beliau mangkal di pasar kembang di bawah fly over. Tak terasa lebih dari 30 tahun lamanya. Semula beliau berhasil membeli rumah di daerah Kedurus, namun karena salah satu anaknya menderit hidrosepalus (kepala membesar), akhirnya rumah kejual utk berobat sebelum akhirnya anak tsb meninggal.

Sisa penjualan rumah dibagikan ke anak2 b sementara memilih kos di buduran sidoarjo. Tepatnya di sisi timur stasiun buduran. Saat kutanya ," mengapa bapak tidak kos di surabaya? Supaya lebih dekat dgn tempat mangkal di pasar kembang?. Dengan enteng beliau jawab " kos di surabaya mahal, saya gak mampu".

Di buduran beliau menempati kamar kos dgn sewa per bulan Rp.400rb, kamar mandi dalam. Ditemani seorang istri beliau bertahan disitu tidak kurang dari 15 tahun. Selama itu pula, bapak yg mengaku kelahiran tahun 1955 ini, mengayuh becak buduran-pasarkembang PP tiap hari. Semua dilakukan krn sudah punya pelanggan disana. Sempat kutanya ,"bapak kan bisa memulai cari pelanggan dekat2 sini?..beliau jawab,"saya sudah kadung hafal surabaya dibanding sidoarjo".

Beliau menuturkan, tiap hari berangkat jam 2 siang dari tempat kos ke pasar kembang. Waktu tempuh sekitar 1,5 jam jika lancar. Sekitar 5-6 jam mangkal, biasanya jam 10 atau 11 malam sudah balik arah pulang. Waktu tempuh juga relatif sama.

Sungguh tidak ada inspirasi dari cerita ini, kecuali saat saya tanya "berapa duit yg di dapat beliau sampai bela-belain PP buduran-pasar kembang". Beliau jawab"..ya kalau ramai kadang dapet Rp.50rb, kalau agak sepi Rp.30rb, tapi kalau sepi kadang pulang tidak bawa uang"

MashaAllaah. Naik Viar roda tiga saja capek, tapi bapak ini masih bisa bersyukur meski dalam sehari kadang tidak dapat penumpang. Bahkan beliau berkata,"masio telung dino ora oleh penumpang, aku ora misoh-misoh gelo kok mas, yo dilakonk wae.."

Subhanallah. Gumamku dalam hati "Betapa sabar bapak ini,..!" Bisa-bisanya tersnyum meski kenyataan pahit dihadapi. Saat kutanya ,"kalau hujan bapak tetep berangkat dan pulang?". Dijawab," ya tetep mas,..kan punya mantel plastik..(sambil menunjukan barang tsb). Luar biasa. Usia sdh menginjak 62tahun tapi semangatnya seperti 26thn. Bapak ini telah mengajariku tentang perlunya tawakal bahwa rezeki sdh terjamin pasti. Manusia hny bisa berupaya.

Uang Rp 30rb yg kadang abis satu kali kita ke MacD, ternyata bagi bapak ini bernilai upah satu hari kerja dgn resiko capek krn mengayuh becak puluhan kilo tiap hari.

Allahu a'lam. Sejatinya spt apa. Benar tidak bapak ini menyampaikan cerita demi cerita, sembari menunjukan foto anaknya yg mengidap hidrosefalus sebelum akhirnya meninggal dunia. Yang pasti, saya tidak menemukan aroma kebohongan dari bapak ini. 

Sebelum berpisah, aku serahkan paket sembako PASTA yg sempat kumintakan ambil salah satu pengurus masjid baitul mukminin. "Alhamdulillah, terimakasih banyak mas", begitu kalimat yg diucap. Kalimat sederhana tetapi menandakan senangnya hati dpt titipan rezeki. Allahu akbar, tampaknya kita perlu mensyukuri hal2 kecil sebelum hal2 besar. @ gusyasin Ramdhan 1438 H hari ke 28#


Cara memakmurkan masjid, begini seharusnya masjid, masjidil haram, masjid nabawi, masjid istiqlal, masjid al akbar Surabaya, masjid cheng ho, masjid al falah, masjid jami sidoarjo, masjid shalahudin gedangan, masjid al muhajirin boston, masjid baitul mukminin vancover, program kemakmuran masjid, kepedulian masjid, pengurus masjid, syarat jadi pengurus masjid, masjid tiban, cara mengelola kas masjid, bilal masjid, kompetensi pengurus masjid, sedekah masjid, zakat infaq masjid, kas masjid, jangan jadikan masjid tempat menumpuk uang ummat, syiar masjid, masjid al quds, masjid quba, kiblat masjid, Paket sembako cinta dhuafa, santunan pendidikan yatim, kepedulian pada dhuafa, orang dhuafa harus disantuni masjid, begini loh cara membuat masjid ramai, crisis center masjid, masjid bukan untuk ribut, jika ingin jadi pengurus masjid takutlah pada Allah, tabligh akbar, masjid vancover baitul mukminin perumahan puri surya jaya gedangan sidoarjo, masjid makmur baitul mukminin, hafalan quran, cara menghafal quran, stand up hafalan quran, ali yasin attamimi, gus yasin imam masjid vancover, profil gus yasin elpiji, belajar shiroh nabawi, pergi ke masjid, masjid baitul mukminin taman vancover, perumahan puri surya jaya, fortuner club jatim, yatim dhuafa, santunan pendidikan yatim, Pasta, kuliner, empal gentong, muadzin, adzan merdu, sudais, shuraim, mekkah, Malaysia, madinah, masjid indah, masjid sejuk, masjid barokah, masjid sunnah, cintailah yatim, sayangi dhuafa, kota sidoarjo, kota Surabaya, lapindo, tanggulangin, gedangan, pasar gedangan, blok paris A, blok paris B, Nagoya, Athena, Pasadena, Sidney, boston, vancover, jogokaryan, kota Surabaya, kecamatan gedangan, Telkom gedangan, pasar gedangan, perumahan puri surya jaya, blok paris A, taman paris B, Nagoya, Pasadena, Athena, vancover, Sidney, boston, macD puri, superindo puri, marketing jayaland, primagama gedangan, topi punggul, arhanudse, pom bensin gedangan, perempatan gedangan, polsek gedangan, stasiun gedangan, aulia salad and snack, tokopagi, lontongbalap, empal gentong, nasi urap, soto ayam, 

Posting Komentar untuk "Mengapa Kita Sulit Bersyukur ?"