Ini Loh Cara Memakmurkan Masjid
Sejak diresmikan tahun 2013 lalu, majid baitul mukminin Taman Vancover Perumahan Puri surya Jaya Gedangan Sidoarjo Jatim, menghadapi beberapa kendala. Selain soal soliditas pengurus, juga minimnya interest warga untuk berjamaah. Karena terletak di dalam kluster perumahan, maka kehadiran musafir sulit diandalkan. Padahal, musafir merupakan salah satu pemicu ramainya suatu masjid.
Sementara itu, mengandalkan jamaah dari dalam kluster juga butuh perjuangan. Karena alasan sibuk kerja, umumnya kalau ke masjid se sempatnya. Kadang di hari libur saja. Hari-hari biasa tidak datang ke masjid. Alhasil, imam dan muadzin kadang dirangkap satu orang. Pernah, dikumandangkan adzan menggunakan suara rekaman MP3 dari HP. Sebab, muadzin yang berusia sepuh sedang terkena gangguan suara sedangkan jamaah lain tidak ada.
Maka yang terjadi, solat duhur dan ashar nyaris sepi sekali. Kadang satu orang dua orang. Kadang tidak ada jamaah. Magrib, isya, subuh ada sekitar 10-15 orang. Padahal masjidnya cukup bersih, cantik di kelilingi taman. Tapi belum menjadi daya tarik yang kuat.
Kegiatan TPQ berjalan cukup antusias. Tapi ortunya belum juga tertarik ke masjid. Berbagai acara pengajian telah diselenggarakan, warga datang tapi juga tidak kembali setelah itu.
Berbekal penasaran, di akhir tahun 2016, pengurus melakukan studi banding ke masjid jogokaryan. Sepulangnya, keputusan pun diambil. Yaitu merekrut imam rawatib. Tujuannya agar solat di 3 waktu yaitu magrib isya dan subuh berjalan tertib. Tidak molor atau bahkan tidak ada kegiatan solat.
Alhamdulillaah ada perubahan meski sedikit. Pelaksanaan solat bisa lebih tertib karena imam sudah jelas. Tidak lagi saling tunjuk tiap kali mau solat. Setidaknya, dengan adanya solat berjamah di tiga waktu tersebut, masjid terkesan lebih hidup dan jamaah tidak kecewa karena ketiadaan imam.
Setelah sholat di magrib, isya dan subuh mulai tertata, pengurus mulai kefikiran dengan pelaksanaan solat di waktu duhur dan ashar. Yang terjadi adalah sepi. Masjid tampak lengang tanoa ada jamaah berarti. Seringnya hanya 3-7 orang saja.
Maka ide tak sengaja ditemukan pada bulan Februari 2017, dirilis infaq program PASTA (paket sembako cinta dhuafa). Berbekal 7 paket sembako @senilai Rp.100rb pada bulan itu, pengurus mencoba mendistribusikan ke beberapa dhuafa. Diantaranya ibu-ibu tukang sapu perumahan yang berpenghasilan rendah. Mereka kadang membersihkan lingkungan masjid, tapi enggan sholat ke masjid.
Pada bulan Maret donatur program PASTA bertambah. Sehingga jumlah dhuafa penerima paket sembako ini kian banyak. Begitu juga pada bulan berikutnya. Sampai dengan februari 2018 (genap setahun), rata-rata paket sembako yang dapat dikumpulkan adalah 70-110 paket tiap bulan. Isi paketnya adalah beras 5kg, gula 1kg, minyakgoreng 1liter, teh, kecap, dan mie instant.
Melihat banyaknya animo donatur, akhirnya pada bulan Juli-Agustus 2017, disampaikan kepada para tukang sapu yang mulai mau solat duhur di masjid, bahwa jika mereka rajin solat di masjid akan diberikan PASTA (paket sembako cinta dhuafa) setiap bulannya. Alhamdulillah, program ini bersambut. Dari semula 10 orang, sekarang mencapai 40 orang dhuafa yang disebut ring 1 penerima PASTA. Syaratnya, tiap hari ikut solat duhur berjamaah. Untuk memastikan hal tersebut, pengurus membuat kartu kontrol distribusi PASTA. Sekalipun, program ini kecil, tapi jamaah dhuafa yang ikut solat berdatangan dari desa yang jaraknya ada yang 4km dari masjid.
Sampai dengan saat ini, mereka akan dapat sembako di akhir bulan. Bahkan, sekarang telah berkembang dengan program baru bernama MAKSIFA (makan siang bersama dhuafa) yaitu makan bareng dhuafa seminggu sekali, yaitu mereka yang ikut memakmurkan masjid khususnya di waktu duhur, karena sebelumnya sepi. Di masjid juga disediakan kotak obat lengkap, yang hal itu disukai jamaah dhuafa karena meringankan kocek mereka.
Program ini cukup diminati. Donatur tak hanya dari dalam perumahan puri surya jaya gedangan sidoarjo, tapi juga dari jember, bojonegoro, gresik dan sragen. Mereka tertarik dengan program tersebut karena dianggap menyentuh langsung.
Semoga dari hal kecil ini akan berkembang besar.
Kunjungi _www.mbmkita.blogspot.co.id_
Sementara itu, mengandalkan jamaah dari dalam kluster juga butuh perjuangan. Karena alasan sibuk kerja, umumnya kalau ke masjid se sempatnya. Kadang di hari libur saja. Hari-hari biasa tidak datang ke masjid. Alhasil, imam dan muadzin kadang dirangkap satu orang. Pernah, dikumandangkan adzan menggunakan suara rekaman MP3 dari HP. Sebab, muadzin yang berusia sepuh sedang terkena gangguan suara sedangkan jamaah lain tidak ada.
Maka yang terjadi, solat duhur dan ashar nyaris sepi sekali. Kadang satu orang dua orang. Kadang tidak ada jamaah. Magrib, isya, subuh ada sekitar 10-15 orang. Padahal masjidnya cukup bersih, cantik di kelilingi taman. Tapi belum menjadi daya tarik yang kuat.
Kegiatan TPQ berjalan cukup antusias. Tapi ortunya belum juga tertarik ke masjid. Berbagai acara pengajian telah diselenggarakan, warga datang tapi juga tidak kembali setelah itu.
Berbekal penasaran, di akhir tahun 2016, pengurus melakukan studi banding ke masjid jogokaryan. Sepulangnya, keputusan pun diambil. Yaitu merekrut imam rawatib. Tujuannya agar solat di 3 waktu yaitu magrib isya dan subuh berjalan tertib. Tidak molor atau bahkan tidak ada kegiatan solat.
Alhamdulillaah ada perubahan meski sedikit. Pelaksanaan solat bisa lebih tertib karena imam sudah jelas. Tidak lagi saling tunjuk tiap kali mau solat. Setidaknya, dengan adanya solat berjamah di tiga waktu tersebut, masjid terkesan lebih hidup dan jamaah tidak kecewa karena ketiadaan imam.
Setelah sholat di magrib, isya dan subuh mulai tertata, pengurus mulai kefikiran dengan pelaksanaan solat di waktu duhur dan ashar. Yang terjadi adalah sepi. Masjid tampak lengang tanoa ada jamaah berarti. Seringnya hanya 3-7 orang saja.
Maka ide tak sengaja ditemukan pada bulan Februari 2017, dirilis infaq program PASTA (paket sembako cinta dhuafa). Berbekal 7 paket sembako @senilai Rp.100rb pada bulan itu, pengurus mencoba mendistribusikan ke beberapa dhuafa. Diantaranya ibu-ibu tukang sapu perumahan yang berpenghasilan rendah. Mereka kadang membersihkan lingkungan masjid, tapi enggan sholat ke masjid.
Pada bulan Maret donatur program PASTA bertambah. Sehingga jumlah dhuafa penerima paket sembako ini kian banyak. Begitu juga pada bulan berikutnya. Sampai dengan februari 2018 (genap setahun), rata-rata paket sembako yang dapat dikumpulkan adalah 70-110 paket tiap bulan. Isi paketnya adalah beras 5kg, gula 1kg, minyakgoreng 1liter, teh, kecap, dan mie instant.
Melihat banyaknya animo donatur, akhirnya pada bulan Juli-Agustus 2017, disampaikan kepada para tukang sapu yang mulai mau solat duhur di masjid, bahwa jika mereka rajin solat di masjid akan diberikan PASTA (paket sembako cinta dhuafa) setiap bulannya. Alhamdulillah, program ini bersambut. Dari semula 10 orang, sekarang mencapai 40 orang dhuafa yang disebut ring 1 penerima PASTA. Syaratnya, tiap hari ikut solat duhur berjamaah. Untuk memastikan hal tersebut, pengurus membuat kartu kontrol distribusi PASTA. Sekalipun, program ini kecil, tapi jamaah dhuafa yang ikut solat berdatangan dari desa yang jaraknya ada yang 4km dari masjid.
Sampai dengan saat ini, mereka akan dapat sembako di akhir bulan. Bahkan, sekarang telah berkembang dengan program baru bernama MAKSIFA (makan siang bersama dhuafa) yaitu makan bareng dhuafa seminggu sekali, yaitu mereka yang ikut memakmurkan masjid khususnya di waktu duhur, karena sebelumnya sepi. Di masjid juga disediakan kotak obat lengkap, yang hal itu disukai jamaah dhuafa karena meringankan kocek mereka.
Program ini cukup diminati. Donatur tak hanya dari dalam perumahan puri surya jaya gedangan sidoarjo, tapi juga dari jember, bojonegoro, gresik dan sragen. Mereka tertarik dengan program tersebut karena dianggap menyentuh langsung.
Semoga dari hal kecil ini akan berkembang besar.
Kunjungi _www.mbmkita.blogspot.co.id_
Posting Komentar untuk "Ini Loh Cara Memakmurkan Masjid"