MENGOPTIMALKAN FUND RISING BERBASIS MASJID
MENGOPTIMALKAN FUND RISING BERBASIS MASJID Oleh : Gus Yasin - Founder Crisis Center Dhuafa Masjid Baitul Mukminin Vancouver
Puri Surya Jaya Gedangan Sidoarjo
Sebuah Pengakuan
Sejatinya saya kurang kompeten berbagi ilmu dan pengalaman tentang Fund Rising. Pertama; saya tidak bekerja di lembaga Fund Riser yang bonafid sejenis Dompet Dhuafa, YDSF, Rumah Zakat, Yatim Mandiri dan yang skala fund rising sudah menasional. Tentunya kumpulan pengalaman sukses mereka sudah bejibun.
Kedua, saya masih belajar apa dan bagaimana fund rising. Artinya, saya belum memiliki kumpulan best practice yang bisa dijadikan referensi atau inspirasi. Untuk itu, mohon dimaafkan jika dalam berbagai cerita ini ada kekurangan atau hal-hal yang mengecewakan.
Benar saya pernah bekerja di Yatim Mandiri Surabaya pada tahun 2010. Benar pula saya pernah di Dompet Dhuafa Jawa Timur pada tahun 2011, tapi masa kerja saya sangat singkat tidak sampai satu tahun sehingga belum mengenal lebih dalam kisah sukses mereka.
Catatan Perjalanan Saya : Sebuah Question Mark??
Tahun 2003 saya di ajak teman mengikuti kegiatan JAVLEC (Java Learning Center). Satu LSM yang bermarkas di Jogja menggiatkan kegiatan penyelamatan kehutanan. Kegiatan massifDari situ saya kenal beberapa LSM seperti PPLH Seloliman, Paramitra. Pertanyannya : mereka dapat dana kegiatan dari mana??
Mei 2006, saya jadi relawan Posko Peduli Bencana Gempa Jogja. Sumber dana dari DFID (Department for International Development) UK Kingdom. Mengapa mereka mau menitipkan dana ??
Tahun 2011, saya sempat gabung dua bulan di satu yayasan bernama The World Is Just A Book A way. Lokasinya di Tanggulangin Sidoarjo dengan fokus kegiatan membantu pendirian perpustakaan di sekolah-sekolah Dasar. Pertanyaannya : dari mana sumber dana kegiatan mereka ??
Realitas di Sekitar yang Nyata
“Apa boleh pak, kembalian Rp.200,- yang dijadikan donasi?” Tanya seorang kasir minimarket kepada saya. Ini bukan sekali, dua kali, tapi berkali-kali tanpa kita tahu hasil donasi berapa dalam sehari. Kata-kata halus, menyentuh dan menghimbau agar pembeli mengiklhaskan uang kembalian tersebut. Kita bicara konkret, indomaret dan alfamart punya Yayasan Peduli dan berbagi. Lebih jelas lihat website mereka.
Di media TV nasional kita kenal MNC Peduli, Indosiar Peduli, TV One dengan Satu untuk Negeri, dan seterusnya. Kegiatan mereka tak hanya bidang kemanusiaan seperti bencana, tetapi juga kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Bahkan ada partai yang terang-terangan ikut memberikan bantuan ke pesantren-pesantren. Saya sendiri punya toko yang pernah didatangi tetangga beli gula dan mie instant, saya Tanya untuk apa? Dijawab,”untuk berbagi ke orang di sekitar sekolah anak saya?”. Yang saya tahu, anak tetangga saya non muslim dan sekolah di non muslim.
Di sisi lain, kita masih temui panitia pembangunan masjid yang memasang tong di jalan, atau di perempatan lampu merah. Beberapa orang dengan kaleng atau peralatan lain mondar-mandir dalam tujuan meminta dana bantuan dari pengguna jalan. Ada pula sekelompok orang dengan berbekal proposal mengatasnamakan pesantren, yayasan atau panti asuhan dengan berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk meminta bantuan dana.
Kesimpulannya : Lebih keren mana ?? Nah, pertanyaan ini gak usah dijawab. Cukup jadi refleksi atas keadaan sekitar.
Hasil Ngaji Bab Fund rising
QS At Taubah 103 : kata kunci “ambilah” yang berarti kata kerja
QS Ali Imrah 92 : kata kunci “ajakan”
QS Al Munafiqun 10 : kata kunci “ancaman”
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu. HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029
Kesimpulan : bagaimana mempraktekannya ?? Kalau yayasan sosial punya keleluasaan melakukan fund rising, bagaimana dengan masjid yang sering di cap berskala lokal alias hanya disekitar saja ?
Kondisi existing berbagai masjid
Umumnya masjid punya kotak amal berbagai ukuran, berbagai bentuk. Ada yang ditaruh, ada yang dikelilingkan waktu-waktu tertentu, ada pula yang dititipkan ke warung dan lain sebagainya
Sebagian masjid sudah punya rekening khusus infaq. Tapi kebanyakan diatasnamakan rekening pribadi karena belum yayasan
Sebagian masjid sudah punya tim yang menangani ZIS (Zakat, Infaq Sedekah). Tetapi ada yang belum kompeten, ada yang kurang solid, atau semangat kerjanya insidentil missal waktu ada kegiatan renovasi, idul fitri dan lain sebagainya. Akibatnya, trust belum muncul
Sebagian dana hasil fund rising masjid dihabiskan untuk kegiatan fisik seperti mempercantik interior, renovasi kamar mandi, kubah, atau infrastruktur lain yang kadang sedikit pengaruh terhadap kemakmuran masjid. Perlu disorot dalam hal ini, belum banyak masjid yang menggunakan dananya untuk kegiatan kemanusiaan.
Kisah Crisis Center Dhuafa
Bekal Semangat memindahkan pengalaman di Dompet Dhuafa dan yatim Mandiri ke masjid. Ternyata bukan hal mudah karena anggapan bahwa masjid bersifal lokal, tidak bisa interlokal. Artinya kalah leluasa dibanding yayasan.
Masjid Baitul Mukminin Vancouver yang didirikan tahun 2012, menghadapi kendala berupa sedikitnya jamaah. Hal ini berpengaruh pada sedikitnya dana infaq yang bisa dikumpulkan. Pada tahun 2016, saat terjadi bencana banjir Aceh, masjid baitul mukminin berhasil menyalurkan dana sekitar Rp.15 juta untuk korban disana melalui YDSF Sidoarjo. Pengalaman kecil ini menginspirasi bahwa masjid bisa jadi saluran dana sosial
Februari 2017, berhasil dikumpulan dana Rp.700.000,- untuk release program PASTA (Paket sembako cinta dhuafa) @Rp.100.000,-/paket. Sasarannya orang dhuafa sekitar. Metodenya diantarkan paket sembakonya, trus di foto, dikasih narasi dan disebarkan via WA. Bulan berikutnya, Maret, donasi menjadi Rp.1.000.000,-sehingga penerima PASTA bertambah. Bertambah terus tiap bulan, hingga akhirnya ada tambahan program baru yaitu SANTAN (Santunan Pendidikan) anak yatim pada bulan Juli 2018. Juga program BAMBU (Bantuan modal berwirausaha). Rata-rata perolehan dana PASTA antara Rp.8-10 juta tiap bulan. Kalau dana SANTAN rata-rata Rp.4 – 5 juta tiap bulan.
Pada bulan Oktober 2017, Kapolres Sidoarjo Kombespol Himawan Bayu Aji ikut me-launching Crisis Center Dhuafa, sebagai nama marketing di masyarakat sekitar. Sejak saat itu, nama Crisis Center Dhuafa dikenalkan diiringi dengan pembenahan data base penerima program (ring satu, ring dua), pembentukan tim fund rising dan landing, pelaporan via website, update info via WA terus digencarkan. Program pun semakin banyak, selain PASTA dan SANTAN sebagai program masterpiece, juga dibuat program BAMBU, SAJIAN (Santunan Guru Ngaji Quran), SEDAP (Sedekah Tanggap), DASHAT (Dana Sehat Ummat) dan Pos PEDULI. Semuanya telah dan sedang realisasi, seperti Pos Peduli saat putting beliung di Tambakrejo dan lain sebagainya.
Pembuatan jaringan realisasi program via mushola/masjid atau yayasan/sekolah. Seperti mushola di desa Punggul, Ketajen, Seruni, Gedangan, Keboananom, Tebel, Gemurung dan lain sebagainya. Satu bulan 1-2 kali keliling ke mushola untuk bagi-bagi PASTA.
Untuk jaringan sekolah seperti Darma Wanita, MTs Wedi, SD ketajen, SD Gedangan, SMK Itaba Tebel, SMK Pelayaran Sukodono dan lain sebagainya. Sifatnya komunikasinya ada yang aktif ada yang pasif. Tergantung respon yang diberikan. Pada intinya, Crisis Center Dhuafa memberi peluang beasiswa bagia keluarga tidak mampu
Pertanyaannya: bagaimana metode fund rising Crisis Center Dhuafa ?? Selama ini, sebenarnya masih berfokus pada realiasi dan pelaporan program ke donator dan jamaah lain. Selain via WA, juga via FB dan website. Sekalipun demikian, memberi efek positif dari penciptaan trust, sehingga ada donatur tetap, ada donatur insidentil. Jumlah donatur tetap masih sedikit,tetapi nilainya cukup untuk menghidupi kegiatan CCD. Selain dari kawasan Puri, juga ada yang dari Jember, Gresik, Sragen. Sebagian besar sudah via transfer melalui rekening masjid, tapi masih ada pula yang manual minta dijemput.
Aset kelihatan (tangible asset) CCD : masjid, motor viar, laptop, SDM/Petugas, rekening, website. Tetapi yang tak kalah penting adalah asset tak terlihat (intangible asset) seperti semangat, kegigihan, loyalitas dan seterusnya. Inilah yang terus diupayakan dalam upaya membangun trust
Simpulan Fund Rising
Trust baru tercipta kalau ada service (layanan). Bagaimana masjid punya layanan social, itu yang perlu dibicarakan karena selera sebagian takmir masih melulu urusan infrastruktur. Jadi, yang diperlukan perubahan mindset Takmir
Advokasi (pembelaan) kebutuhan ummat harus jadi fokus kegiatan masjid agar masjid tidak berjarak dengan masyarakat di sekitarnya. Ini adalah fokus tim bidang ZIS masjid
Fund rising adalah seluruh kegiatan yang ditujukan untuk menghimbau, mengajak, meyakinkan orang lain untuk menitipakn dananya kepada kita. Maka, masjid harus memiliki manajer ZIS yang kompeten (bukan asal tunjuk/asal pasang nama)
Dana yang bisa di dapat dari fund rising, tidak akan pernah habis. Semakin banyak direalisasi, tak akan habis untuk digali. Maka, falsafah kas masjid harus nol, itu bermaksud agar kas masjid bisa di realisasi lebih cepat dan tepat, utamanya untuk menangani masalah social
Masjid harus modern, profresional dan tanggap dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Karena itu, kurangi/hindari konflik, karena akan berpengaruh terhadap fund rising ataupun landing program
Puri Surya Jaya Gedangan Sidoarjo
Sebuah Pengakuan
Sejatinya saya kurang kompeten berbagi ilmu dan pengalaman tentang Fund Rising. Pertama; saya tidak bekerja di lembaga Fund Riser yang bonafid sejenis Dompet Dhuafa, YDSF, Rumah Zakat, Yatim Mandiri dan yang skala fund rising sudah menasional. Tentunya kumpulan pengalaman sukses mereka sudah bejibun.
Kedua, saya masih belajar apa dan bagaimana fund rising. Artinya, saya belum memiliki kumpulan best practice yang bisa dijadikan referensi atau inspirasi. Untuk itu, mohon dimaafkan jika dalam berbagai cerita ini ada kekurangan atau hal-hal yang mengecewakan.
Benar saya pernah bekerja di Yatim Mandiri Surabaya pada tahun 2010. Benar pula saya pernah di Dompet Dhuafa Jawa Timur pada tahun 2011, tapi masa kerja saya sangat singkat tidak sampai satu tahun sehingga belum mengenal lebih dalam kisah sukses mereka.
Catatan Perjalanan Saya : Sebuah Question Mark??
Tahun 2003 saya di ajak teman mengikuti kegiatan JAVLEC (Java Learning Center). Satu LSM yang bermarkas di Jogja menggiatkan kegiatan penyelamatan kehutanan. Kegiatan massifDari situ saya kenal beberapa LSM seperti PPLH Seloliman, Paramitra. Pertanyannya : mereka dapat dana kegiatan dari mana??
Mei 2006, saya jadi relawan Posko Peduli Bencana Gempa Jogja. Sumber dana dari DFID (Department for International Development) UK Kingdom. Mengapa mereka mau menitipkan dana ??
Tahun 2011, saya sempat gabung dua bulan di satu yayasan bernama The World Is Just A Book A way. Lokasinya di Tanggulangin Sidoarjo dengan fokus kegiatan membantu pendirian perpustakaan di sekolah-sekolah Dasar. Pertanyaannya : dari mana sumber dana kegiatan mereka ??
Realitas di Sekitar yang Nyata
“Apa boleh pak, kembalian Rp.200,- yang dijadikan donasi?” Tanya seorang kasir minimarket kepada saya. Ini bukan sekali, dua kali, tapi berkali-kali tanpa kita tahu hasil donasi berapa dalam sehari. Kata-kata halus, menyentuh dan menghimbau agar pembeli mengiklhaskan uang kembalian tersebut. Kita bicara konkret, indomaret dan alfamart punya Yayasan Peduli dan berbagi. Lebih jelas lihat website mereka.
Di media TV nasional kita kenal MNC Peduli, Indosiar Peduli, TV One dengan Satu untuk Negeri, dan seterusnya. Kegiatan mereka tak hanya bidang kemanusiaan seperti bencana, tetapi juga kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Bahkan ada partai yang terang-terangan ikut memberikan bantuan ke pesantren-pesantren. Saya sendiri punya toko yang pernah didatangi tetangga beli gula dan mie instant, saya Tanya untuk apa? Dijawab,”untuk berbagi ke orang di sekitar sekolah anak saya?”. Yang saya tahu, anak tetangga saya non muslim dan sekolah di non muslim.
Di sisi lain, kita masih temui panitia pembangunan masjid yang memasang tong di jalan, atau di perempatan lampu merah. Beberapa orang dengan kaleng atau peralatan lain mondar-mandir dalam tujuan meminta dana bantuan dari pengguna jalan. Ada pula sekelompok orang dengan berbekal proposal mengatasnamakan pesantren, yayasan atau panti asuhan dengan berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk meminta bantuan dana.
Kesimpulannya : Lebih keren mana ?? Nah, pertanyaan ini gak usah dijawab. Cukup jadi refleksi atas keadaan sekitar.
Hasil Ngaji Bab Fund rising
QS At Taubah 103 : kata kunci “ambilah” yang berarti kata kerja
QS Ali Imrah 92 : kata kunci “ajakan”
QS Al Munafiqun 10 : kata kunci “ancaman”
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu. HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029
Kesimpulan : bagaimana mempraktekannya ?? Kalau yayasan sosial punya keleluasaan melakukan fund rising, bagaimana dengan masjid yang sering di cap berskala lokal alias hanya disekitar saja ?
Kondisi existing berbagai masjid
Umumnya masjid punya kotak amal berbagai ukuran, berbagai bentuk. Ada yang ditaruh, ada yang dikelilingkan waktu-waktu tertentu, ada pula yang dititipkan ke warung dan lain sebagainya
Sebagian masjid sudah punya rekening khusus infaq. Tapi kebanyakan diatasnamakan rekening pribadi karena belum yayasan
Sebagian masjid sudah punya tim yang menangani ZIS (Zakat, Infaq Sedekah). Tetapi ada yang belum kompeten, ada yang kurang solid, atau semangat kerjanya insidentil missal waktu ada kegiatan renovasi, idul fitri dan lain sebagainya. Akibatnya, trust belum muncul
Sebagian dana hasil fund rising masjid dihabiskan untuk kegiatan fisik seperti mempercantik interior, renovasi kamar mandi, kubah, atau infrastruktur lain yang kadang sedikit pengaruh terhadap kemakmuran masjid. Perlu disorot dalam hal ini, belum banyak masjid yang menggunakan dananya untuk kegiatan kemanusiaan.
Kisah Crisis Center Dhuafa
Bekal Semangat memindahkan pengalaman di Dompet Dhuafa dan yatim Mandiri ke masjid. Ternyata bukan hal mudah karena anggapan bahwa masjid bersifal lokal, tidak bisa interlokal. Artinya kalah leluasa dibanding yayasan.
Masjid Baitul Mukminin Vancouver yang didirikan tahun 2012, menghadapi kendala berupa sedikitnya jamaah. Hal ini berpengaruh pada sedikitnya dana infaq yang bisa dikumpulkan. Pada tahun 2016, saat terjadi bencana banjir Aceh, masjid baitul mukminin berhasil menyalurkan dana sekitar Rp.15 juta untuk korban disana melalui YDSF Sidoarjo. Pengalaman kecil ini menginspirasi bahwa masjid bisa jadi saluran dana sosial
Februari 2017, berhasil dikumpulan dana Rp.700.000,- untuk release program PASTA (Paket sembako cinta dhuafa) @Rp.100.000,-/paket. Sasarannya orang dhuafa sekitar. Metodenya diantarkan paket sembakonya, trus di foto, dikasih narasi dan disebarkan via WA. Bulan berikutnya, Maret, donasi menjadi Rp.1.000.000,-sehingga penerima PASTA bertambah. Bertambah terus tiap bulan, hingga akhirnya ada tambahan program baru yaitu SANTAN (Santunan Pendidikan) anak yatim pada bulan Juli 2018. Juga program BAMBU (Bantuan modal berwirausaha). Rata-rata perolehan dana PASTA antara Rp.8-10 juta tiap bulan. Kalau dana SANTAN rata-rata Rp.4 – 5 juta tiap bulan.
Pada bulan Oktober 2017, Kapolres Sidoarjo Kombespol Himawan Bayu Aji ikut me-launching Crisis Center Dhuafa, sebagai nama marketing di masyarakat sekitar. Sejak saat itu, nama Crisis Center Dhuafa dikenalkan diiringi dengan pembenahan data base penerima program (ring satu, ring dua), pembentukan tim fund rising dan landing, pelaporan via website, update info via WA terus digencarkan. Program pun semakin banyak, selain PASTA dan SANTAN sebagai program masterpiece, juga dibuat program BAMBU, SAJIAN (Santunan Guru Ngaji Quran), SEDAP (Sedekah Tanggap), DASHAT (Dana Sehat Ummat) dan Pos PEDULI. Semuanya telah dan sedang realisasi, seperti Pos Peduli saat putting beliung di Tambakrejo dan lain sebagainya.
Pembuatan jaringan realisasi program via mushola/masjid atau yayasan/sekolah. Seperti mushola di desa Punggul, Ketajen, Seruni, Gedangan, Keboananom, Tebel, Gemurung dan lain sebagainya. Satu bulan 1-2 kali keliling ke mushola untuk bagi-bagi PASTA.
Untuk jaringan sekolah seperti Darma Wanita, MTs Wedi, SD ketajen, SD Gedangan, SMK Itaba Tebel, SMK Pelayaran Sukodono dan lain sebagainya. Sifatnya komunikasinya ada yang aktif ada yang pasif. Tergantung respon yang diberikan. Pada intinya, Crisis Center Dhuafa memberi peluang beasiswa bagia keluarga tidak mampu
Pertanyaannya: bagaimana metode fund rising Crisis Center Dhuafa ?? Selama ini, sebenarnya masih berfokus pada realiasi dan pelaporan program ke donator dan jamaah lain. Selain via WA, juga via FB dan website. Sekalipun demikian, memberi efek positif dari penciptaan trust, sehingga ada donatur tetap, ada donatur insidentil. Jumlah donatur tetap masih sedikit,tetapi nilainya cukup untuk menghidupi kegiatan CCD. Selain dari kawasan Puri, juga ada yang dari Jember, Gresik, Sragen. Sebagian besar sudah via transfer melalui rekening masjid, tapi masih ada pula yang manual minta dijemput.
Aset kelihatan (tangible asset) CCD : masjid, motor viar, laptop, SDM/Petugas, rekening, website. Tetapi yang tak kalah penting adalah asset tak terlihat (intangible asset) seperti semangat, kegigihan, loyalitas dan seterusnya. Inilah yang terus diupayakan dalam upaya membangun trust
Simpulan Fund Rising
Trust baru tercipta kalau ada service (layanan). Bagaimana masjid punya layanan social, itu yang perlu dibicarakan karena selera sebagian takmir masih melulu urusan infrastruktur. Jadi, yang diperlukan perubahan mindset Takmir
Advokasi (pembelaan) kebutuhan ummat harus jadi fokus kegiatan masjid agar masjid tidak berjarak dengan masyarakat di sekitarnya. Ini adalah fokus tim bidang ZIS masjid
Fund rising adalah seluruh kegiatan yang ditujukan untuk menghimbau, mengajak, meyakinkan orang lain untuk menitipakn dananya kepada kita. Maka, masjid harus memiliki manajer ZIS yang kompeten (bukan asal tunjuk/asal pasang nama)
Dana yang bisa di dapat dari fund rising, tidak akan pernah habis. Semakin banyak direalisasi, tak akan habis untuk digali. Maka, falsafah kas masjid harus nol, itu bermaksud agar kas masjid bisa di realisasi lebih cepat dan tepat, utamanya untuk menangani masalah social
Masjid harus modern, profresional dan tanggap dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Karena itu, kurangi/hindari konflik, karena akan berpengaruh terhadap fund rising ataupun landing program
Posting Komentar untuk "MENGOPTIMALKAN FUND RISING BERBASIS MASJID"