Cerita Pak Arif, penjual kere keliling
Pernah dengan pedagang keliling meneriakan kata ,"...kere..keree !!" ..kere..keree..!!"Ya, tirai berbahan bambu/rotan ini masih dijual secara keliling.
Salah satunya oleh Pak Arief, 53 tahun. Bapak asal desa Karangharjo kec.Silo Jember sehari-hari menaiki motor bututnya keliling membawa 8-10 gulung ke`re. Start dari tempat kos-nya di Buduran, dia berkeliling ke berbagai wilayah sidoarjo dan Surabaya. Kere di datangkan dari Jember dan pak arif mendapat komisi dari yang terjual.
Bermodal bensin Rp.10.000,- untuk bahan bakar motornya, pak Arif berusaha yakin daganganya laku. Dari satu tempat ke tempat lain, ia berteriak," kere..keree..!!. Namun seperti hari itu, ia baru mendapatkan untung Rp 50ribu dari dagangannya yang terjual. "Namanya jualan, ya kadang laku kadang tidak mas !!" ujarnya ketika beristirahat di pinggir jalan dekat pasar gedangan.
Pak Arif bercerita bahwa sejak wabah Corona, penjualan sepi. Tapi demi dapur supaya bisa ngebul, dia pak menyerah, tetap jualan keliling. Jika waktunya pulang kampung di Jember, demi menghemat biaya pak Arif sering mengendarai motor berikut ke`re diatasnya. Pada saat balik dari Jember juga demikian, bahkan dengan jumlah ke`re yang lebih banyak. Cara ini mungkin beresiko, tetapi sebagai pilihan terpaksa untuk mengurangi beban biaya hidupnya.
Ada pelajaran penting dari kisah pak Arif agar kita (1) bersyukur diberi hidup melimpah, (2) bersabar di tiap keadaan (3) aktif bekerja dan berusaha bukan malas-malasan
(4) yakin bahwa Allah menjamin rezeki tiap makhluk
"Allah melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" _(QS Al Ankabut : 62)_
Bersama ringankan sesama
@crisiscenterdhuafa
www.baitulmukminin-psj.org
Salah satunya oleh Pak Arief, 53 tahun. Bapak asal desa Karangharjo kec.Silo Jember sehari-hari menaiki motor bututnya keliling membawa 8-10 gulung ke`re. Start dari tempat kos-nya di Buduran, dia berkeliling ke berbagai wilayah sidoarjo dan Surabaya. Kere di datangkan dari Jember dan pak arif mendapat komisi dari yang terjual.
Bermodal bensin Rp.10.000,- untuk bahan bakar motornya, pak Arif berusaha yakin daganganya laku. Dari satu tempat ke tempat lain, ia berteriak," kere..keree..!!. Namun seperti hari itu, ia baru mendapatkan untung Rp 50ribu dari dagangannya yang terjual. "Namanya jualan, ya kadang laku kadang tidak mas !!" ujarnya ketika beristirahat di pinggir jalan dekat pasar gedangan.
Pak Arif bercerita bahwa sejak wabah Corona, penjualan sepi. Tapi demi dapur supaya bisa ngebul, dia pak menyerah, tetap jualan keliling. Jika waktunya pulang kampung di Jember, demi menghemat biaya pak Arif sering mengendarai motor berikut ke`re diatasnya. Pada saat balik dari Jember juga demikian, bahkan dengan jumlah ke`re yang lebih banyak. Cara ini mungkin beresiko, tetapi sebagai pilihan terpaksa untuk mengurangi beban biaya hidupnya.
Ada pelajaran penting dari kisah pak Arif agar kita (1) bersyukur diberi hidup melimpah, (2) bersabar di tiap keadaan (3) aktif bekerja dan berusaha bukan malas-malasan
(4) yakin bahwa Allah menjamin rezeki tiap makhluk
"Allah melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" _(QS Al Ankabut : 62)_
Bersama ringankan sesama
@crisiscenterdhuafa
www.baitulmukminin-psj.org
Posting Komentar untuk "Cerita Pak Arif, penjual kere keliling"