Corona Bukan Derita
"biasanya dua kilo bah, sekarang cukup sekilo saja" ungkap mas Ato, penjual saridele. Sehari-hari dia kayuh sepeda rombongnya. Kurang lebih 30 menit dari rumah kos-nya di Bohar ke SD Gedangan, tempat dimana dia jualan. Berangkat habis subuh pulang setelah duhur.
Sejak SD diliburkan, juga lalu lalang truk dan mobil berkursng, jualannya ikut menurun. Jika sebelum wabah corona dia buat 2 kg saridele, kini cukup 1 kg. "Itupun kadang masih sisa..!! Kata bapak satu anak kelahiran Wonogiri ini.
Cerita senada disampaikan Pak Muad. Bapak dua anak ini sudah menjadi penjual tauwa lebih dari 15 tahun. Setelah wabah Corona dagangannya sering sepi. Biasanya kalau Jumat mengandalkan jamaah di masjid di Puri Surya Gedangan. Tapi sudah 3 Minggu lockdown jadi menurun penghasilannya. Jelang sore kadang dagangannya masih sisa banyak.
Begitu pula yang dirasakan Cak Bogang, penjual bakso keliling. Sejak sekolah PJ (Pembangunan Jaya) disusul Kolam renang (splash water) Puri tutup, penghasilan menurun drastis. Sempat tidak jualan 2 Minggu, tapi karena dapur harus ngebul dia keliling lagi. Cerita yang sama disampaikan ibu penjual kerupuk keliling. Kadang sudah berkeliling ke berbagai tempat dagangan krupuknya sisa banyak.
Corona memang jadi cerita bersama. Sama-sama merasakan susahnya keadaan, khususnya bagi masyarakat kecil dan dhuafa. Mari bergandeng tangan.
Bersama membantu sesama
@crisiscenterdhuafa
www.baitulmukminin-psj.org
Sejak SD diliburkan, juga lalu lalang truk dan mobil berkursng, jualannya ikut menurun. Jika sebelum wabah corona dia buat 2 kg saridele, kini cukup 1 kg. "Itupun kadang masih sisa..!! Kata bapak satu anak kelahiran Wonogiri ini.
Cerita senada disampaikan Pak Muad. Bapak dua anak ini sudah menjadi penjual tauwa lebih dari 15 tahun. Setelah wabah Corona dagangannya sering sepi. Biasanya kalau Jumat mengandalkan jamaah di masjid di Puri Surya Gedangan. Tapi sudah 3 Minggu lockdown jadi menurun penghasilannya. Jelang sore kadang dagangannya masih sisa banyak.
Begitu pula yang dirasakan Cak Bogang, penjual bakso keliling. Sejak sekolah PJ (Pembangunan Jaya) disusul Kolam renang (splash water) Puri tutup, penghasilan menurun drastis. Sempat tidak jualan 2 Minggu, tapi karena dapur harus ngebul dia keliling lagi. Cerita yang sama disampaikan ibu penjual kerupuk keliling. Kadang sudah berkeliling ke berbagai tempat dagangan krupuknya sisa banyak.
Corona memang jadi cerita bersama. Sama-sama merasakan susahnya keadaan, khususnya bagi masyarakat kecil dan dhuafa. Mari bergandeng tangan.
Bersama membantu sesama
@crisiscenterdhuafa
www.baitulmukminin-psj.org
Posting Komentar untuk "Corona Bukan Derita"